Mengenal Masyarakat Suku Baduy
12:05 AM
Masyarakat Baduy memiliki keyakinan bahwa mereka adalah manusia pertama yang tinggal di bumi dan bermukin di pusat bumi.
Mengenai asal-usul suku Baduy, Wakil Jaro Tangtu (Wakil Kepala Adat) Baduy berkata:
"Sesuai dengan sejarah yang ada di kami (Baduy) dan sudah terbukti keberadaannya, kami (kesukuan Baduy) adalah masyarakat keturunan yang diberi tugas dan amanat langsung dari Adam Tunggal sebagai utusan dari Sang Pencipta untuk meneguhkan mempatuhkan wiwitan sesuai dengan hasil musyawarah awal waktu alam semesta ini yang disebut alam dunia".
Seluruh aktivitas masyarakat Baduy harus berlandaskan pada buyut karuhun (ketentuan adat) yang sudah tertera dalam pikukuh adat Baduy (larangan adat).
Masyarakat Baduy tidak boleh mengubah dan tidak boleh melanggar segala yang ada dalam kehidupan ini yang sudah ditentukan.
Nilai-nilai masyarakat Baduy adalah : “Lojor henteu beunang dipotong, pendek henteu beunang disambung”. Masyarakat Baduy merasa bahwa segala sesuatu yang ada di dunia tidak boleh diubah dalam bentuk apapun.
Sunda Wiwitan sebagai ajaran masyarakat Baduy memiliki nilai-nilai dan ajaran yang dipengaruhi oleh ajaran. Ajaran kepercayaan Sunda Wiwitan adalah bentuk penghormatan dan kepercayaan kepada satu kuasa yaitu Batara Tunggal.
Orientasi, konsep-konsep dan kegiatan-kegiatan keagamaan ditujukan kepada pikukuh. Hal itu dilakukan agar manusia hidup menurut alur (filosofi diatas) dalam menyejahterakan kehidupan masyarakat Baduy.
Gangguan terhadap inti bumi akan berakibat fatal bagi seluruh kehidupan manusia di dunia.
Konsep keagamaan dan adat yang penting menjadi inti pandangan hidup masyarakat Baduy yaitu “lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung”(panjang tak boleh dipotong, pendek tak boleh disambung).
Pandangan hidup tersebut merupakan pengejawantahan dari adat dan keagamaan yang ditentukan oleh intensitas pandangan hidup mengenai karya dan keagamaan. Dengan melaksanakan semua itu manusia akan dilindungi oleh kuasa tertinggi yaitu Batara Tunggal.
Segala aktivitas masyarakat Baduy harus berlandaskan rukun agama Sunda Wiwitan (rukun Baduy) yang merupakan ajaran agama Sunda Wiwitan yaitu ngukus, ngawalu, muja ngalaksa, ngalanjak, ngapundayan dan ngareksakeun sasaka pusaka.
Ajaran tersebut harus ditaati melalui pemimpin adat yaitu Pu’un. Pu’un harus dihormati dan diikuti segalan aturannya karena Pu’un adalah keturunan Batara.
Ketentuan adat dalam Pikukuh Adat Baduy merupakan pedoman dan pandangan hidup yang harus dijalankan secara benar.
Isi larangan adat masyarakat Baduy tersebut yaitu :
1. Dilarang mengubah jalan air seperti membuat kolam ikan atau drainase.
2. Dilarang mengubah bentuk tanah seperti membuat sumur atau meratakan tanah.
3. Dilarang masuk ke hutan titipan untuk menebang pohon
4. Dilarang menggunakan teknologi kimia.
5. Dilarang menanam budidaya perkebunan
6. Dilarang memelihara binatang berkaki empat semisal kambing dan kerbau.
7. Dilarang berladang sembarangan
8. Dilarang berpakaian sembarangan
Penyampaian buyut karuhun dan pikukuh karuhun kepada seluruh masyarakat Baduy dilakukan secara lisan dalam bentuk ujuran-ujaran di setiapa upacara-upacara adat.
Ujaran tersebut adalah prinsip masyarakat Baduy. Ujaran itu diantaranya adalah :
Pondok teu bisa disambung
Lojor teu meunang dipotong
Negara tilupuluh tilu
Pencar salawe nagara
Kawan sawidak lima
Rukun garapan dua welas
Mipit kudu amit
Ngala kudu menta
Ngagedag kudu bewara
Ngali cikur kudu matur
Ulah goroh ulah linyok
Ngadeg kudu sacekna
Ulah sirik ulah pidik
Ulang ngarusak bangsa jeung nagara
Gunung teu meunang di lebur
Lebak teu meunang di rusak
Ujaran tersebut bagi masyarakat Baduy memiliki arti yaitu :
-Lingkungan tidak boleh dirusak,
-Tata guna lahan tidak boleh dialihfungsikan untuk kepentingan ekonomi.
-Kawasan seperti hutan titipan harus dijaga. -Daerah Baduy tidak boleh diubah harus apa adanya.
Menurut Djooewisno 1987, masyarakat Baduy berpegang teguh juga pada ajaran "Dasasila."
Pedoman itu adalah :
-tidak membunuh orang lain,
-tidak mengambil barang orang lain,
-tidak ingkar dan tidak berbohong,
-tidak mabuk-mabukan,
-tidak poligami,
-tidak makan malam hari,
-tidak memakai wangi-wangian,
-tidak melelapkan diri dalam tidur,
-tidak menyenangkan hati dengan tarian, musik dan nyanyian,
-tidak memakai emas atau permata.
Pedoman tersebut adalah prinsip yang harus dijalankan oleh masyarakat Baduy.