Menelusur Keberadaan Dinasty Brawijaya


Babad Tanah Jawi (BATU) dan Serat Kanda jelas ditulis pada Abad ke XVII Masehi yaitu pada zaman Mataram tanpa merujuk pada sumber sejarah yang valid seperti Prasasti, Nagarakretagama (sebuah Kakawin atau puja sastra yang fenomenal) atau Kitab Pararaton.

Akibatnya setiap yang dianggap penting menyangkut bidang kekuasaan dan maupun sakral kedigdayaan selalu dikaitkan dengan Majapahit terutama dengan adanya Dinasty Brawijaya yang diciptakannya.

Padahal itu hanyalah sebuah dongeng belaka yang dipercaya oleh masyarakat sebagai histori atau sejarah nyata. Hal ini lazim dan atau sering terjadi dimasyarakat kita, sesuatu yang berbau Raja Majapahit (Brawijaya) menjadi kebanggaan masyarakat kita.

Marilah kita simak berita ataupun kisah yang diuraikan oleh : Babad Tanah Jawi (BTJ), Babad Kanung, Prasasti maupun Kitab Pararaton dan Kakawin Nagarakretagama.
Dalam Babad Tanah Jawi (BTJ) disebutkan ada 7 (tujuh) raja Majapahit. Masing masing yaitu :
1. Brawijaya.
2. Prabhu Anom
3. Ardaningkung.
4. Hayam Wuruk.
5. Lembu Amisani.
6. Brata Jung.
7. Raden Alit.

Menurut Prasasti dan Kitab Pararaton :
Padahal kenyataannya raja Majapahit itu lebih dari tujuh yaitu sebanyak 10 (sepuluh) raja dari Tahun 1294 samai dengan Tahun 1478 Masehi.

Masing-masing adalah :
1. Kertarajasa Jayawardhana alias Raden Wijaya.
2. Jayanagara.
3. Tribhuana Tunggadewi Jayawisnuwardhani.
4. Dyah Hayam Wuruk Sri Rajasanagara.
5. Hyang Wisesa atau Wikramawardhana.
6. Dyah Suhita.
7. Wijayaparakramawardhana Dyah Kertawijaya.
8. Sri Rajasawardhana Sang Sinagara
9. Bhre Wenger Hyang Purwowisrsa.
10.Giripati Prasuta Bhupati Ketubhuta Dyah
Suraprabawa.

Dalam Babad Tanah Jawa (BTJ) disebutkan bahwa gelar mereka adalah Brawijaya, jadi ada Brawijaya I sampai Brawijaya ke VII , ini tidaklah sesuai dengan jumlah raja-raja di Kerajaan Majapahit yang berjumlah 10 ( sepuluh) itu.

Lucunya ada usaha penyesuaian yang dilakukan pengamat/pemerhati sejarah yang mengacu pada Babad Tanah Jawi yaitu :

1. Prabhu Kertawijaya : Brawijaya I (1447-
1451Masehi).
2. Prabhu Rajasawardhana : Brawijaya II
(1451-1453 Masehi).
- Kosong tak ada raja (1453-1456 Masehi) ke-
mudian
3. Prabhu Hyang Purwowisrsa : Brawijaya III
(1456-1466 Masehi).
4. Prabhu Pandan Salas : Brawijaya IV
(1466-1468 Masehi).
5. Prabhu Kertabhumi : Brawijaya V
(1468-1478 Masehi).
6. Prabhu Girindrawardhana : Brawijaya VI
(1478-1498 Masehi).
7. Prabhu Udara : Brawijaya VII
(1498-1518 Masehi).

Penyesuaian ini jelas tidak sesuai dengan jumlah raja raja Majapahit dan ini menimbulkan kerancuan sebab kalau toh disesuaikan mestinya mengacu pada jumlah raja raja hasil penelitian sejarah yang benar, bukan pada Babad Tanah Jawi.

Lagipula Brawijaya itu cuma karangan mentah si pengarang yang tidak mendasarkan pada Prasasti , kitab Pararaton dll sumber yang valid. Misal Brawijaya itu bukan dongeng belaka, maka penyesuaian harusnya Brawijaya itu berjumlah 10 (sepuluh) dan Bhre Kertabhumi, Girindrawardhana (yang dimaksud adalah Dyah Ranawijaya) dan Prabhu Udara harusnya tidak disertakan karena ketiganya tidak pernah menjadi Raja Mahaputra.

Apalagi Prabhu Udara yang semula jabatannya adalah Patih kerajaan, di sistem ketatanegaraan Kerajaan Majapahit tidak ada seorang Patih itu menjadi Raja.
Sehebat-hebatnya seorang Patih dalam kariernya mentoknya ya menjadi Mahapatih Amangkubhumi. Tidak bisa menjadi raja.

Jadi kalau disesuaikan dan dianggap Brawijaya itu bukan dongeng semata melainkan nyata historis harusnya ada sepuluh Brawijaya dimulai dari Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana pada Tahun 1294 sampai raja terakhir Dyah Suraprabawa pada Tahun 1478 Masehi yang diserang oleh kerabatnya sendiri (Sang Munggwing Jinggan dan saudara-saudaranya) dari Kerajaan bawahan Keling.

Kesimpulan :
Didalam masyarakat Jawa sampai saat ini sudah terpatri percaya adanya Dinasty Brawijaya. Kepercayaan itu bersumber pada Babad Tanah Jawi yang dikarang pada zaman pertengahan abad ke XVIi Masehi yang tidak mengacu dan berdasar pada Prasasti, Kitab Pararaton serta data-data valid mengenai kesejarahan Kerajaan Majapahit.

Alhasil Brawijaya dianggap dan dipercaya nyata dan ada, padahal itu cuma dongeng semata. Jadi yang bersifat dongeng menjadi dipercaya ada, sedang yang nyata ada dianggap sebagai dongeng. Hal itu sudah lazim dalam kepercayaan masyarakat kita. Maka tugas peneliti sejarah untuk menguak tabir ini.

Menjelaskan secara gamblang yang terjadi sebenarnya sehingga masyarakat bisa menyadari akan kesalahannya.

Demikian semoga bermanfaat bagi kita semua.

0/Post a Comment/Comments

CAKRAWALA Cyber

👁️‍🗨️ Dibaca :