Air Terjun Tlogo Muncar

Pada masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono VII, air terjun tlogo muncar merupakan tempat pemandian para bangsawan.

Konon, air terjun tlogo muncar memiliki berkah tersendiri dan sering digunakan untuk memandikan pusaka kerajaan dan berbagai acara ritual. Tahun 1960-an setelah menjadi lokasi wisata, air terjun tlogo muncar masih sering dikunjungi peziarah guna ritual tukon pasar/ sesaji, mandi/ bertapa.

Air terjun yang mempunyai pancaran air cukup besar ini sempat mengalami pergeseran bebatuan tebing yang menyebabkan pengalihan aliran air hingga pancaran airnya mengecil. Hal ini disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi pada tahun 2006.

Pada tahun 2010, wilayah sekitar air terjun terbakar akibat erupsi gunung merapi sehingga tidak ada lagi tumbuhan yang berfungsi untuk mengikat air.

Banyaknya material erupsi gunung merapi yang menutupi wilayah tersebut membuat aliran air terjun tlogo muncar menjadi sangat kecil. Di musim kemarau, air terjun tlogo muncar dapat tidak mengalir sama sekali, namun di musim hujan, luapan air sangat besar dan membawa material erupsi seperti batu, pasir dan pohon yang telah mati terbakar.

Kondisi terdampak erupsi gunung merapi baru pulih tahun 2016. Air terjun tlogo muncar mulai kembali mengalir meskipun musim kemarau tiba. Wilayah air terjun pun kembali hijau.